Membangun rumah atau gedung bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Banyak hal yang perlu diperhatikan, termasuk kekuatan pondasi yang menjadi aspek krusial. Pondasi yang kuat dapat menahan beban sehingga menjamin keamanan penghuni yang ada di dalamnya.
Apabila suatu pondasi tidak kuat, tentu akan membahayakan karena berpotensi untuk roboh. Melalui artikel ini, BLKP akan memberikan ciri-ciri pondasi yang tidak kuat, perlu diwaspadai, serta langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan sebelum terlambat:
Pondasi adalah elemen struktural paling penting dalam menopang berbagai beban struktural bangunan, pondasi umumnya terletak di bagian bawah tanah. Pondasi yang kuat membuat rumah menjadi stabil bahkan tahan terhadap guncangan seperti gempa bumi, angin kencang, hingga cuaca ekstrem.
Berdasarkan SNI, pondasi untuk rumah satu lantai memiliki pondasi ideal dengan lebar antara 0,6 hingga 1 meter, tinggi 0,5 hingga 0,7 meter, dan tebal 0,15 hingga 0,2 meter. Namun, dalam menentukan ukuran pondasi yang tepat, jenis tanah, dan beban struktur rumah juga harus diperhitungkan agar sesuai dengan kondisi lokasi pembangunan.
Lalu untuk pondasi untuk rumah dua lantai, pondasi yang direkomendasikan ialah cakar ayam besi dengan diameter 12 mm untuk memastikan stabilitas, menggunakan beton ideal K225 dengan kekuatan tekan mencapai 255 kg/m², dan perbandingan umum antara semen, pasir, dan kerikil adalah 1:2:3.
Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Pondasi Rumah Amblas

Sumber: Google
Pondasi merupakan elemen vital dalam sebuah bangunan, sama seperti bagian rumah lainnya, pondasi juga dapat mengalami kerusakan dan memerlukan perawatan ekstra agar tetap kuat menampung beban struktural.
Mengenali tanda-tanda kerusakan sejak dini sangat penting untuk mencegah masalah yang lebih besar di kemudian hari. Berikut beberapa ciri pondasi yang tidak kuat yang perlu Anda waspadai:
Sebagian besar masalah pondasi disebabkan oleh air. Air dapat melemahkan tanah, terutama jika terjadi ketidakmerataan kelembaban atau erosi tanah akibat drainase yang buruk. Ketika tanah di bawah pondasi menjadi terlalu basah atau terlalu kering, stabilitas pondasi terganggu.
Ciri-ciri pondasi yang terpengaruh oleh air meliputi adanya retakan pada dinding, lantai yang tidak rata, dan penurunan permukaan tanah di sekitar pondasi.
Salah satu tanda pondasi yang tidak kuat adalah ketidakmampuannya dalam menahan beban bangunan. Jika pondasi tidak dapat mendukung berat rumah, risiko kerobohan menjadi sangat tinggi.
Beban yang harus ditanggung pondasi meliputi beban hidup, konstruksi, angin, gempa, dan beban lainnya. Pondasi yang dibangun dengan baik akan mencegah penurunan, keretakan, atau keruntuhan bangunan.
Ciri-ciri ini termasuk penurunan atau pergeseran struktur bangunan, retakan besar di dinding, dan pintu atau jendela yang sulit dibuka atau ditutup.
Selama cuaca panas dan kering, tanah di bawah pondasi bisa menyusut, menyebabkan daya dukung tanah terhadap bangunan menjadi tidak stabil dan bergeser. Hal ini dapat memicu retakan di dinding, langit, lantai, dan masalah pada pintu dan jendela.
Meski pondasi dirancang untuk mengatasi kondisi ini, kehati-hatian tetap diperlukan untuk mencegah kerusakan struktural lebih besar. Ciri-ciri tanah yang mengering dan menyusut termasuk munculnya retakan di dinding, langit-langit, lantai, dan masalah pada pintu dan jendela.
Sebaliknya, tanah yang jenuh dengan air dapat mengembang dan menjadi gembur, mengubah posisi pondasi. Kondisi ini tidak hanya terjadi saat hujan, tetapi juga akibat kebocoran pipa, saluran pembuangan yang rusak, atau banjir. Perubahan ini bisa merusak stabilitas bangunan secara serius.
Ciri-ciri tanah yang menyerap terlalu banyak air meliputi adanya genangan air di sekitar pondasi, dinding yang basah atau lembab, dan lantai yang mulai terangkat.
Pondasi yang dibangun tanpa memperhatikan kondisi tanah dan metode konstruksi yang tepat dapat mengakibatkan masalah serius. Kesalahan dalam memahami struktur tanah, metode konstruksi, dan pemilihan material dapat mengancam keamanan bangunan, seperti yang terjadi pada Menara Miring Pisa.

Sumber: Google
Sistem drainase yang tidak memadai dapat menyebabkan erosi tanah, yang mengakibatkan pondasi menjadi tidak stabil. Beberapa penyebab masalah drainase meliputi air yang menggenang di dekat pondasi, aliran air yang berlebihan ke arah pondasi, dan dataran rendah di sekitar pondasi. Pastikan air mengalir jauh dari rumah Anda untuk mencegah erosi tanah.
Sinkhole adalah lubang di tanah yang disebabkan oleh erosi dan drainase air. Fenomena ini sulit diprediksi dan dapat terjadi tiba-tiba, tetapi ada tanda yang bisa diwaspadai seperti pohon atau tiang yang mulai miring, kesulitan menutup pintu dan jendela, tagihan air yang lebih tinggi dari biasanya, area tanah yang lunak dan kenyal, serta lekukan di halaman.
Pondasi yang dibangun dengan tidak benar juga dapat rentan terhadap serangan organisme dan bahan kimia. Jika pondasi tidak tahan terhadap organisme seperti rayap atau tidak tahan terhadap bahan kimia berbahaya, bangunan akan lebih cepat rusak.
Baca juga : Jenis Pondasi Rumah yang Umum Digunakan dan Fungsinya
Sekian informasi tentang ciri-ciri pondasi yang tidak kuat. Sangat disarankan menggunakan jasa profesional karena pondasi sangat amat penting. Dengan mengenali ciri pondasi yang tidak kuat Anda dapat mengambil tindakan pencegahan lebih awal.
Bagi Anda yang membutuhkan baja ringan untuk konstruksi Anda, BLKP solusinya. Produk baja ringan dari BLKP sudah terjamin kualitasnya karena sudah berstandar SNI, ISO, dan berbagai uji lab.
Anda masih bimbang dan ingin bertanya? Jangan ragu menghubungi Tim BLKP untuk informasi lebih lengkap. Semoga informasi ini bermanfaat.